Senin, Agustus 17, 2015

Story Telling of Emotional Behavior

Now a days, a lot of people have not feeling what advantage or disadvantage for economic condition in their country, many perception and argumentation for that. The conservationist said that " they have to stay calm and keep positive". In fact it really hard to would be achieved, why? Because they cant control the emotion.

When i was child, my teacher whose replacing my teacher for mathematics said that " i really esmosi". I dont really understand what does it mean. Then my classmate just give him a little smile, my teacher ask us "What are laughing at?" "Do you understand  what i mean, Right?" all of my friend  said "we don't know, Sir". Till now that memory is stay in my mind. I have to being like that when i was angry or when i was make a mistake or even when i people around me not accept me as their friend.

The answer are always about psychological health. We have control our emotion by doing 4 step.

1. Self esteem (knowing what are we doing in the our community, is it any mistake that we did, is it our friend make us happy?)

2. Emotion bleeding (don't assume that we are in always in a good or true condition, control our emostion, and start to think the alternative, in this step don't make any illusion or negative thinking about us)

3. Rumination (is the compulsively focused attention on the symptoms of one's distress, and on its possible causes and consequences, as opposed to its solutions (wikipedia)

4. Battle for negative thinking ( it has build a good psychological health)

Thank you Allah Akbar, don't make forget to our self even one second on our life to remember , remind you.


Minggu, Maret 09, 2014

Obrolan Diary

Sesuatu saat seketika, perubahan terjadi pada lembaran diary, setiap harinya lembaran itu terpenuhi oleh segelintir permasalahan yang jarang sekali terpikirkan hingga larut. Sudah beberapa hari ini lembaran diary mengatakan kecercahan dari setiap pulpen yang menulisnya.

Cetus "lembaran diary (LD)" : 
Hendak apa kau menulis lembaran ku hanya dengan mengeluh dan hanya ingin segalanya menurutmu adalah IYA dan BENAR.

Jawab "pulpen (PL)" :
Aku hanya ingin mengetahui seberapa besar pengaruh mu terhadap kondisi ku.

LD : Aku tidak akan memberi tahu nya sampai suatu saat nanti kau tau. Sampai dimana tinta pulpen habis terpakai untuk mengatakan segala keinginanmu

PL : Ketika tinta ku habis, aku hanya ingin kau menyaksikan betapa dalam dan bermaknanya dirimu bagiku.
Bagiku ketiadaan tinta tidak bisa menjadi penghalang aku untuk mengekspresikan sesuatu untuk mu. Semua yang telah ku tulis akan menjadi kenangan, candaan, tawaan atau mungkin bisa dijadikan salah satu bahan evaluasi.

LD : Silahkan habiskan tintamu, dan aku akan tetap menyadarkanmu akan pentingnya tinta buat kamu. Masih banyak hal indah yang belum kamu tuliskan atasku. Bersyukur dan bersabar, Pulpen. Ku tau kamu ingin mengungkapkannya. Saatnya mengungkapan ini semua pada yang menciptakan kita ber ribu-ribu tahun sebelum kita sadar bahwa kita ada di sini.

PL : Aku hanya ingin menyadari ku saja, Lembaran. Keberadaan mu penting buatku. Lembaran siapkan lembaran barumu buatku akan ku kenang setiap momen indah yang pernah kulalui bersama. Akan aku kenang kesederhanaan kita, keyakinan kita dan mimpi-mimpi kita yang kita lalui bersama


Senin, Maret 03, 2014

Kini dan Saatnya

Disaat lipatan otak tidak sebanding dengan ada lipatan di wajah. Disaat kedipan mata tidak bisa menandingi banyak arus deras hawa dingin yang melewati kulit. Disaat semua orang bercerita berdasarkan sesuatu dan disaat semua orang tau apa seharusnya yang bisa ditahan dan apa yang yang bisa dilepaskan. 

Disaat itu pula linang air mulai membantu menuliskan sebuah kalimat dengan perantara sebuah kamar kosong pojok di sebelah pohon rindang. Hiasan embun yang menetes melambangkan kehidupan tidak akan selamanya akan sesuai dengan poros kehidupan yang kita ingatkan. Pikiran berkecamuk saat menjelang kasur, bantal, guling dan selimut menarik kita kepadanya. Satu kata kalimat bisa berakibat fatal pada setiap keteraturan pikiran yang kita buat. Kefatalan itu lah yang lipatan otak sanggup katakan pada lipatan wajah, ketidakteraturan itulah yang tidak disanggupi kedipan mata menahan derasnya hawa dingin yang melewati kulit.

Kaleng bundar dengan buku batik tidak akan bisa merekam proses ini. Isi dalam kedua benda tersebut akan merekam dan meredam segala lipatan otak dan hawa dingin yang menemani malam ini.

Kini dan Saatnya,
memulai untuk lebih memikirkannya entah apa keuntungan dan kerugian yang akan kita dapatkan.

Kini dan Saatnya,
menemani hidup dengan penuh kesabaran dan senantiasa berusaha.

Kini dan Saatnya,
memulai rangkaian hidup dengan seorang wanita yang telah aku pikirkan dalam hati bukan dalam lipatan otak dan kulit yang dingin.

Kini dan Saatnya,
menerjemahkan rangkaian kereta yang akan saya bawa ke kehidupan yang kekal, abadi.

Minggu, Februari 23, 2014

Tepi Laut, Seutas Tali

Gejolak kehidupan menderu setiap hari. Menggelinding tidak jelas. Menabrak apapun yang ada di depannya. Ku pahami semuanya bukan usaha atau asa dari titik nadirku semata. Semuanya kembali kepada seutas Tali pengharapan milikNya.

Pandangan mata kian memuncak dan kian memfokus kepada satu titik pengharapan. Dilihatnya awan senantiasa menghiasi langit biru di sore hari, sambil menanti datangnya sedikit sinar matahari dan cahaya bulan di malam harinya. 

Semuanya telah kuusahakan dan telah ku dapatkan. Penantian ini berujung sesuai dengan yang kuinginkan. Tidak ada lain semua demi Sang Pemegang seutas tali. Berkaca-kaca di depan cermin ku pandangi taliku bergelimang tanah yang tidak bisa membuat kembali mencapai puncak tertinggi dari ujung tali yang tak berujung. Aku tau kenapa aku diasingkan seperti ini. Aku tau kenapa aku diberikan sebuah titipan tulang rusuk goyah dan goyang. Aku tau ini adalah cara bagaimana tali tersebut dapat mengkaitkan dirinya pada pelabuhan tempat kapal sandar.

Teruntuk pelabuhan, aku tau tali ku kotor bergelimang tanah, kaitkan aku pada mu. Agar engkau tau aku butuh dirimu untuk saling membersihkan, saling menguatkan satu sama lainnya. Di depan beberapa penumpang kita akan bersaksi mengaitkan kehidupan kita untuk bersama menghadapi kehidupan yang penuh dengan gelombang, hujan, terik matahari, badai, nikmatnya pemandangan matahari terbit dan terbenam.

Denganmu, Dengan pelabuhanmu. Aku yakin tali ini senantiasa bisa mengaitkan kita bersama...
Tidak akan ada lagi pelabuhan buat kita. Kehidupan kita berlanjut di Samudra takdir kita bersama...